BATAM – Suasana hati pekerja di Nagoya Foodcourt Batam tak seindah suasana di salah satu tempat tongkrongan yang beken di Batam ini. Pasalnya, dibalik keramaian gemerlap pusat kuliner dan resto Nagoya Foodcourt ternyata menyimpan banyak kekhawatiran bagi para pekerja Sales Promotion Girl (SPG) yang menawarkan sejumlah produk menuman mengandung metil alkohol (MMA).
Menurut para SPG, mereka dituntut untuk selalu menawarkan para pengunjung dengan produk minuman beralkohol (Mikol) sesuai arahan. Para SPG yang mayoritas kaum perempuan dibebankan dengan target penjualan beer dengan kalkulasi yang berorientasi pada sejumlah uang.
Hal ini dilakukan untuk dapat menjual produk beer beralkohol sebanyak mungkin tanpa harus memperhatikan keselamatan kerja. Yang paling fatal lagi tanpa memperdulikan kesehatan tubuh mereka sendiri.
Salah satu SPG yang biasa dipanggil Ara mengatakan, dirinya sudah bekerja sekitar 1 tahun di Nagoya Foodcourt sebagai kordinator para SPG dengan bayaran gaji per bulan dan sejumlah bonus lainnya bila mencapai target yang ditentukan.
“Tak jarang kami menemani para tamu yang datang ke sini untuk membuti kuliner dengan minum minuman beralkohol berbagai merk. Ya kadang mabuk, kadang juga tidak. Tapi semua dari kami tetap ditarget untuk dapat menjual produk mikol sebanyak mungkin,” katanya pekan lalu.
Saat ditanya apakan ada perlindungan jiwa atau jaminan kesehatan dari tempatnya kerja. Ara mengaku, tidak sama sekali mendapat fasilitas tersebut. Bahkan dirinya, acap kali merogoh kantong pribadi bila mengalami sakit untuk biaya pengobatan di fasilitas kesehatan setempat.
“Boro-boro ada fasilitas kesehatan atau jaminan sosial seperti BPJS kesehatan dan tanaga kerja. Untuk sekedar membesarkan anak saya rela mengambil resiko ini. Namun, kedepan saya akan coba mendiskusikan dengan penanggunjawab dari produk mikol yang dijual supaya memperhatikan kondisi kesehatan dan jaminan bagi pekerja,” bebernya.
Hal tersebut juga dikatakan oleh SPG lainnya Yolanda. Kordinator SPG produk mikol asal Jerman ini juga mengungkapkan, adanya sedikit kekhawatiran terhadap jaminan kesehatan dari resiko pekerjaan yang dijalani.
“Saya pribadi juga khawatir, bila usai bekerja sebagai SPG yang kerap menemani dan melayani pengunjung yang datang ke sini untuk menyantap kuliner pasti dengan minum mikol dalam jumlah banyak. Tentu sedikit dalam pengaruh alkohol, tetapi tetap kontrol untuk menghindari hal yang tak diibginkan terjadi,” katanya.
Sementara itu, Manager Nagoya Foodcourt Willy mengatakan, pihaknya memang belum ada mendaftarkan para pekerjanya di BPJS. Hampir semua pekerjanya belum terdaftar BPJS.
“Kami memang sampai saat ini belum ada mengikutsertakan karyawan kami BPJS,” katanya.
Meski begitu, dirinya selalu penanggung jawab lokasi ini akan membicarakannya ke pihak Manajemen Nagoya Foodcoort.
“Nanti kami lapor Bos dulu, untuk tindak lanjutnya bagaimana,” jelasnya.
DAY